Siapa bilang biaya hidup itu mahal.? Yah, siapa yang bilang biaya hidup ini
mahal.? Hidup ini murah kok, hanya saja “Gaya Hidup” yang buat mahal. Gaya
hidup yang mewah sekarang ini tak bisa dipungkiri, hal ini sudah menjadi
kebutuhan untuk menjaga gengsi dan demi meningkatkan status social dimata orang
lain. Sedikit – sedikit gengsi, tidak pernah puas, iri melihat orang lain,
dimana rasa syukur kita.? Jangan harap hidup ini murah dan cukup kalau gaya
hidup kita tidak dirubah. Bukan hidup yang mahal melainkan gaya hidupnya.
Allah maha
pengasih lagi maha penyayang, Allah memberi kasih sayang kepada seluruh hambanya tanpa terkecuali dengan diberikannya
nikmat-nikmat melalui apapun itu, baik kesehatan, ilmu, harta, dan lain lain,
akan habis beribu-ribu lembar tulisan ini jika saya menyebutkan satu persatu
nikmat tuhan yang luar biasa itu, bahkan kita sebagai manusia tak mampu
menghitung nikmat tuhan yang diberikan. “Nikmat Tuhan Mana Yang Kau Dustakan.?”
(Potongan terjemahan QS. Ar Rahman).
Di zaman modern
ini, teknologi canggih seolah merangsak naik menjadi salah satu kebutuhan
pokok. Yah, teknologi telah menjadi kebutuhan pokok, bagaimana tidak,? Hampir
semua orang saat ini memiliki handphone pintar/canggih yang biasa kita kenal
dengan smartphone dan gadget-gadget lainnya serta masih banyak lagi teknologi
canggih lainnya. Alasan yang digunakanpun juga bermacam-macam, ada juga yang
digunakan untuk menunjuang bisnis dan alasan semacamnya.
Memang teknologi
yang semakin canggih di era ini sangat mempunyai dampak positif serta banyak
juga dampak negatifnya dan hal itu kita sendiri yang membuatnya barang penuh
manfaat itu menjadi kurang bermanfaat dan salah fungsi. Banyak social media
yang sebenarnya fungsi dan tujuannya sama yakni menghubungkan kerabat atau
family ke seluruh penjuru dunia tapi apa nyatanya, banyak sekali social media
berserakan mengikuti perkembangan ini. Bahkan tak jarang satu orang mempunyai
lebih dari satu akun social media. Aplikasi chatting juga demikian. Kalian
pasti pernah melihat film #republiktwitter, dalam film itu menyebutkan generasi
sekarang ini adalah generasi merunduk, kenapa.? Lihat saja yang sedang asyik
dengan gadget-nya dia merunduk.
Memang benar,
ketika gadget ini menjadi salah fungsi. Gadget bisa menjauhkan yang dekat dan
mendekatkan yang jauh. Ambil aja contoh sepasang sahabat tengah menimati makan
malam di suatu café, keduanya sama-sama punya gadget, ketika mereka sedang
menunggu pesanan yang mereka pesan, mereka sama-sama asyik mengutak-atik
gadgetnya sehingga tidak ada percakapan disana. Dari cerita singkat itu udah
terlihat jelas jika gadget sudah menjadi kebutuhan pokok tetapi banyak juga
yang menyalahfungsikan.
Itu gambaran
sekilas tentang gaya hidup yang saya tahu dan rasakan di sekitar. Sebenarnya masih
banyak lagi apa-apa saja gaya hidup di era sekarang ini. Pada intinya status
sosial dan gengsi gede-gedean lebih penting dari pada harus bersyukur dan
merasa cukup dengan keadaan sekarang. Bahkan tidak sedikit orang rela dan
berani hutang hanya karena ingin membeli sesuatu untuk menutupi gengsinya,
mereka tidak melihat dampaknya. Kenapa kita susah-susah hidup membuat beban
dengan hutang kesana-kemari hanya untuk gengsi kalau hanya dengan kesederhanaan
kita sudah bahagia.
Jika kita bersyukur
dengan keadaan saat ini itu lebih dari cukup, bebas hutang itu juga lebih dari
cukup, bersyukurlah maka kau akan merasa cukup dan akan dicukupkan. Allah juga
telah berjanji dalam firmannya : “Barang siapa yang mensyukuri nikmatku,
niscaya aku akan menambah nikmat berlipat-lipat dan apabila kau tak bersyukur
bersiaplah menanggung balasan adzab dariku”. Jangan merasa kurang kalau hanya
dengan bersyukur kita merasa cukup.
Hidup ini murah,
tidak ada yang mahal bila kita pandai bersyukur. Hidup ini murah, yang membuatnya
terlihat mahal adalah gaya hidup. Rubah gaya hidupmu, pandailah bersyukur maka
hidupmu akan murah dan merasa lebih dari cukup.
Siapa bilang biaya hidup ini mahal.?
By : Adib Hilman
Disclaimer : Tulisan ini hanya opini dan sudut pandang saya pribadi, inspirasi tulisan ini lagi-lagi bermula dari pengalaman pribadi yang saya tuangkan dalam tulisan.
By : Adib Hilman
Disclaimer : Tulisan ini hanya opini dan sudut pandang saya pribadi, inspirasi tulisan ini lagi-lagi bermula dari pengalaman pribadi yang saya tuangkan dalam tulisan.
Posting Komentar