Bicara soal keinginan-keinginan waktu kecil. Semua pasti mempunyai
keinginan yang akan diwujudkan ketika dewasa. Seolah itu menjadi target terdekat
dalam hidup ini, meskipun saat itu kita belum bisa membedakan mana itu
keinginan dan mana itu kebutuhan, apalagi mengenal arti hidup yang
sesungguhnya. Yang jelas, bagi seorang anak kecil, apa yang mereka lihat, mereka
suka, itulah yang mereka inginkan, “Children See, Children Do”, anak melihat,
anak lakukan.
Ketika mereka melihat sosok seorang ayah yang bekerja,
setiap pulang kerja biasa membelikan oleh-oleh makanan, bisa beli ini itu untuk
keperluan keluarga, tapi dari kacamata seorang anak kecil melihat fenomena itu,
“Enak ya, kalo uda gede bisa kerja dapet uang dan bisa beli macem-macem”. Pernah
suatu ketika saya masih duduk dibangku sekolah dasar, entahlah umur berapa saya
saat itu. Saya pernah menginginkan dan mengimpikan ketika sudah besar kelak
saya ingin langsung bekerja setelah lulus SMA, bisa membeli apa saja keinginan saya
tanpa harus melalui izin orang tua untuk dapat membeli sesuatu seperti waktu
kecil, bisa beli ini itu, apapun dengan uang sendiri tanpa harus meminta-minta
uang sama orang tua. Keinginan dan mimpi yang wajar bagi seorang anak kecil
berusia sekitar -/+ 10 tahun yang masih polos.
Mungkin saat itu saya pernah beranggapan, “enak paling ya,
jadi orang gede yang mandiri, bisa kerja sama kuliah di universitas pake uang sendiri,
bisa beli ini itu, Wess, ndang lulus ndang kerjo ndang enak (Udah, cepat lulus,
cepet kerja, cepet enak)”, tanpa menyusahkan dan merepotkan orang tua, semua
uang sendiri dari hasil memeras keringat. Sangat menyenangkan menjadi seorang
dewasa pada saat itu.
Seiring berjalannya waktu, singkat kata singkat cerita. Saya
tumbuh menjadi seorang remaja yang tumbuh dewasa. Keinginan pertama sudah saya
raih dengan mampu bekerja setelah lulus SMA, hanya butuh dua minggu setelah di
wisuda saya sudah resmi menjadi karyawan sebuah perusahaan di Surabaya. Keinginan
atau mimpi jangka pendek saya sudah terwujud, saatnya menjalankan misi dengan
membeli apapun yang saya mau. Mulai hadir satu persatu, saat itu saya ingin
membeli sepeda motor, karena selama sekolah, saya hanya mampu berangan-angan
tuk memilikinya karena memang saat itu belum di izinkan atau beberapa alasan
dari orang tua saya sehingga tidak bisa membelikan saya sepeda motor, tapi disisi
lain saya sangat mengerti situasi finasial keluarga saya saat itu. Oke, saya
punya sepeda motor sendiri, meskipun kredit, yang penting hasil keringat
sendiri.
Saatnya lanjut menuntaskan misi kedua, yaitu sekolah lagi di
perguruan tinggi tanpa meminta biaya sepeserpun pada orang tua dengan maksud,
yang pertama meraih impian jangka pendek saat masih duduk di sekolah dasar,
yang kedua agar orang tua merasa bangga melihat anaknya saat ini mandiri dan
mampu menjawab keinginan orang tua, yaitu “saya harus kuliah”. Dengan penuh
perjuangan, saya akhirnya mampu dan memilih kuliah di salah satu universitas
swasta sidoarjo, terpenuhi sudah keinginan saya pada masa kecil, bekerja, bisa
beli yang saya mau serta kuliah dengan biaya mandiri, murni hasil keringat
sendiri.
Waktu terus berjalan, saya sudah mulai disuguhkan dengan
tantangan-tantangan kehidupan, diajarkan banyak arti kehidupan dan kerasnya kehidupan
ini yang membuatku bernostalgia (flashback) mengingat masa kecilku. Hidup ini tak semudah seperti
yang dibayangkan saat kecil, yang tadinya saya pikir menjadi dewasa itu enak, karena
bisa membeli apapun yang disuka dengan
uang sendiri tanpa meminta-minta orang tua dan faktanya ketika dewasa dan
melewati itu semua, saya kembali berpikir, jadi dewasa itu tidak mudah, banyak
rintangan dan tantangan yang sebenarnya itu hanya batu loncatan menuju arah
kesuksesan kita yang sesungguhnya.
Seperti cuplikan kata-kata dalam iklan TVC dari salah satu
provider jaringan telepon, “Jadi dewasa itu menyenangkan, tapi sulit buat
dijalani”.
Adib Hilman
Posting Komentar